Berbeda dengan beberapa budaya lainnya di dunia yang merayakan Tahun baru dengan
kemeriahan dinamis dan bertabur cahaya,
titik puncak perayaan 6 hari Tahun Baru Hindu Bali ditujukan untuk keheningan total.
Pada hari ke-3 seluruh pulau menjadi sunyi, tanpa jadwal penerbangan tiba atau
berangkat dari Bandara Ngurah Rai di Denpasar (DPS).
Hari ini disebut denganNyepi, bermakna "tetap hening" dan jatuh di hari setelah bulan mati
pada masa semi ketika siang dan malam rata-rata memiliki panjang yang sama. Hotel
diminta untuk menutupi jendela, semua toko tutup! Tidak ada cahaya atau lilin dinyalakan
di rumah-rumah, tidak ada mobil, motor dan orang lalu-lalang di jalan. Benar-benar
pengalaman berbeda, tidak hanya bagi penduduk Bali tapi juga pengunjung dan
wisatawan yang berada di Bali selama hari Nyepi
kemeriahan dinamis dan bertabur cahaya,
titik puncak perayaan 6 hari Tahun Baru Hindu Bali ditujukan untuk keheningan total.
Pada hari ke-3 seluruh pulau menjadi sunyi, tanpa jadwal penerbangan tiba atau
berangkat dari Bandara Ngurah Rai di Denpasar (DPS).
Hari ini disebut denganNyepi, bermakna "tetap hening" dan jatuh di hari setelah bulan mati
pada masa semi ketika siang dan malam rata-rata memiliki panjang yang sama. Hotel
diminta untuk menutupi jendela, semua toko tutup! Tidak ada cahaya atau lilin dinyalakan
di rumah-rumah, tidak ada mobil, motor dan orang lalu-lalang di jalan. Benar-benar
pengalaman berbeda, tidak hanya bagi penduduk Bali tapi juga pengunjung dan
wisatawan yang berada di Bali selama hari Nyepi
Hari Nyepi 2017 - Tahun Baru Hindu Bali
Sab, 25 Mar - Melasti | Perayaan Nyepi dimulai
Sen, 27 Mar - Malam Nyepi | Pawai Ogoh Ogoh di seluruh penjuru pulau dimulai sore hari,
hingga larut malam.
Sel, 28 Mar - Hari Raya Nyepi - Hari Keheningan- suasana sunyi selama 24 jam dimulai
jam 6 pagi, termasuk bandara!
Rab, 29 Mar - jam 6 pagi suasana kembali (hampir) normal, perayaan dan upacara di
setiap pura. Meditasi dan refleksi.
simak informasi detail dalam "Uraian Festival Nyepi" berikut
Sen, 27 Mar - Malam Nyepi | Pawai Ogoh Ogoh di seluruh penjuru pulau dimulai sore hari,
hingga larut malam.
Sel, 28 Mar - Hari Raya Nyepi - Hari Keheningan- suasana sunyi selama 24 jam dimulai
jam 6 pagi, termasuk bandara!
Rab, 29 Mar - jam 6 pagi suasana kembali (hampir) normal, perayaan dan upacara di
setiap pura. Meditasi dan refleksi.
simak informasi detail dalam "Uraian Festival Nyepi" berikut
Penting untuk tahu tentang Nyepi
Nyepi merupakan hari raya yang penting dan disucikan
oleh umat Hindu di Bali dan umumnya menjadi libur
nasional di Indonesia.
Arakan ogoh-ogoh yang terkenal, ketika para lelaki
dewasa (dan anak-anak) mengarak patung berukuran
besar di jalanan dibarengi dengan tabuhan dan musik
gamelan
berlangsung saat "Malam Nyepi", malam hari kedua setelah tahun Baru.
Wisatawan dan pengunjung dipersilakan untuk melihat arakan, mengambil foto dan
menyaksikan tontonan unik ini. Beberapa ogoh-ogoh nantinya akan dibakar setelah diarak
keliling.
Pada hari Nyepi (hari ke-3 dari perayaan 6 hari) seluruh pulau "mati". Di jalan tidak
diijinkan semua jenis kendaraan lewat dan orang berjalan-jalan! Juga bandara ditutup.
Semua pasar, toko baju dan segala jenis jual beli juga tutup. Bagi wisatawan dan penduduk.
Restoran tutup. Pantai ditutup. Pada dasarnya semua kegiatan selain di dalam rumah
dilarang. Sementara di dalam rumah penduduk harus memastikan semua peralatan yang
bersuara dikecilkanhingga suara minimal. Ketika hari mulai beranjak senja, semua tirai
harus diturunkan menutup, dengan sekecil mungkin cahaya digunakan dimana seseorang
memerlukannya. Jika pesawat melintasi Bali, maka pulau ini tidak akan terlihat. Untuk
memastikan bahwa semua peraturan ditaati pengawas lingkungan dikenal dengan
Pecalang (Polisi Nyepi) disebarkan di seluruh pulau.
oleh umat Hindu di Bali dan umumnya menjadi libur
nasional di Indonesia.
Arakan ogoh-ogoh yang terkenal, ketika para lelaki
dewasa (dan anak-anak) mengarak patung berukuran
besar di jalanan dibarengi dengan tabuhan dan musik
gamelan
berlangsung saat "Malam Nyepi", malam hari kedua setelah tahun Baru.
Wisatawan dan pengunjung dipersilakan untuk melihat arakan, mengambil foto dan
menyaksikan tontonan unik ini. Beberapa ogoh-ogoh nantinya akan dibakar setelah diarak
keliling.
Pada hari Nyepi (hari ke-3 dari perayaan 6 hari) seluruh pulau "mati". Di jalan tidak
diijinkan semua jenis kendaraan lewat dan orang berjalan-jalan! Juga bandara ditutup.
Semua pasar, toko baju dan segala jenis jual beli juga tutup. Bagi wisatawan dan penduduk.
Restoran tutup. Pantai ditutup. Pada dasarnya semua kegiatan selain di dalam rumah
dilarang. Sementara di dalam rumah penduduk harus memastikan semua peralatan yang
bersuara dikecilkanhingga suara minimal. Ketika hari mulai beranjak senja, semua tirai
harus diturunkan menutup, dengan sekecil mungkin cahaya digunakan dimana seseorang
memerlukannya. Jika pesawat melintasi Bali, maka pulau ini tidak akan terlihat. Untuk
memastikan bahwa semua peraturan ditaati pengawas lingkungan dikenal dengan
Pecalang (Polisi Nyepi) disebarkan di seluruh pulau.
Arakan Nyepi
Malam hari sebelum Nyepi penduduk Bali mengarak Ogoh Ogoh raksasa melewati jalanan Bali. Anak-anak yang masih kecil mengikuti jejak ayahnya. Bonekanya bisa setinggi kurang lebih 7 meter dan bisa jadi sangat berat. Dengan bantuan kisi bambu sekelompok lelaki menggotong ogoh ogoh diikuti oleh pemusik gamelan.
Nyepi & Penanggalan Hindu Bali
Awal dari tahun "Caka" - Tahun Baru Hindu Bali -- dirayakan oleh umat Hindu selama
enam hari, dengan pawai ogoh-ogoh setelah matahari terbenam di hari kedua dan Nyepi,
hari keheningan, jatuh di hari ketiga.
Nyepi adalah hari dimana umat Hindu Bali menetapkan dirinya untuk lebih dekat kepada
Tuhan (Hyang Widi Wasa) melalui sembahyang,puasa dan meditasi dengan tambahan
introspeksi diri, untuk mengevalusi nilai pribadi seperti cinta, kebenaran, kesabaran,
kebaikan, dan kemurahan hati.
Perayaan keagamaan ini lebih besar dan meriah dalam satu tahun dibandingkan yang lain.
Ada mitos bahwa setelah perayaan yang meriah dan gegap gempita selama hari 1 dan 2,
pulau ini bersembunyi untuk melindungi diridari roh jahat, menipu mereka agar percaya
bahwa Bali, terselimuti ketenangan dan sunyi, adalah pulau tak berpenghuni. Mitos ini
berasal dari jaman legenda mengenai roh jahat, Dewa-dewa, pahlawan dan penyihir.
Sehari setelah Nyepi, dikenal sebagai Ngembak Geni, aktifitas kembali seperti sedia kala,
keluarga dan teman berkumpul untuk saling memaafkan satu sama lain, dan untuk
melakukan ritual ibadah bersama. Meski pun Nyepi merupakan perayaan Hindu, penduduk
non-Hindu Bali juga menjalaninya, sesuai keadaan mereka sebagai sesama warga Bali.
Hari Nyepi seperti sebagian besar festival keagamaan dan hari suci Bali selalu ditandai
berdasarkan penanggalan Bali (Caka atau Saka) Satu tahun penuh dalam penanggalan
Bali terdiri dari 12 sasih (bulan Bali). Tiap bulan (sasih) terdiri dari 35 hari yang biasanya
adalah siklus penuh bulan baru (bulan mati atau Tilem) dan satu bulan purnama (Purnama)
enam hari, dengan pawai ogoh-ogoh setelah matahari terbenam di hari kedua dan Nyepi,
hari keheningan, jatuh di hari ketiga.
Nyepi adalah hari dimana umat Hindu Bali menetapkan dirinya untuk lebih dekat kepada
Tuhan (Hyang Widi Wasa) melalui sembahyang,puasa dan meditasi dengan tambahan
introspeksi diri, untuk mengevalusi nilai pribadi seperti cinta, kebenaran, kesabaran,
kebaikan, dan kemurahan hati.
Perayaan keagamaan ini lebih besar dan meriah dalam satu tahun dibandingkan yang lain.
Ada mitos bahwa setelah perayaan yang meriah dan gegap gempita selama hari 1 dan 2,
pulau ini bersembunyi untuk melindungi diridari roh jahat, menipu mereka agar percaya
bahwa Bali, terselimuti ketenangan dan sunyi, adalah pulau tak berpenghuni. Mitos ini
berasal dari jaman legenda mengenai roh jahat, Dewa-dewa, pahlawan dan penyihir.
Sehari setelah Nyepi, dikenal sebagai Ngembak Geni, aktifitas kembali seperti sedia kala,
keluarga dan teman berkumpul untuk saling memaafkan satu sama lain, dan untuk
melakukan ritual ibadah bersama. Meski pun Nyepi merupakan perayaan Hindu, penduduk
non-Hindu Bali juga menjalaninya, sesuai keadaan mereka sebagai sesama warga Bali.
Hari Nyepi seperti sebagian besar festival keagamaan dan hari suci Bali selalu ditandai
berdasarkan penanggalan Bali (Caka atau Saka) Satu tahun penuh dalam penanggalan
Bali terdiri dari 12 sasih (bulan Bali). Tiap bulan (sasih) terdiri dari 35 hari yang biasanya
adalah siklus penuh bulan baru (bulan mati atau Tilem) dan satu bulan purnama (Purnama)
Ritual Nyepi
Sebagai persiapan untuk
merayakan Hari Nyepi,
terdapat urutan ritual yang
diselenggarakan di penjuru
pulau.
Dengan demikian, Tahun Baru
Hindu Bali dirayakan selama
6 hari dengan Nyepi—hari
keheningan, menjadi salah satu
aspeknya.
Terdapat beberapa ritual yang
menonjol:
Yang petama ialah Melasti
(Melisa tau Mekiis) yang
ditujukan untuk Sanghyang
Widhi Wasa dan diadakan
3-4 hari sebelumnya untuk
memperoleh air suci dari laut.
Ritual ini dilakukan di Pura
(Pemujaan Hindu Bali) dekat
laut (Pura Segara) dan
dimaknai sebagai penyucian
benda-benda pusaka seperti
Arca, Pratima, dan Pralingga
yang dimiliki beberapa pura.
Ritual yang sama
diselenggarakan di Pantai Balekambang di
pesisir selatan Malang, Jawa Timur, yaitu
ritual Jalani Dhipuja.
Yang kedua ialah ritual Bhuta Yajna ,
yang diselenggarakan sehari sebelum Nyepi,
untuk menyingkirkan elemen negative dan
menciptakan keseimbangan antara Tuhan,
Manusia dan Alam. Ritual ini juga dimaksudkan
untuk kemenangan melawan Batara Kala
melalui persembahan Pecaruan. Tawur Kesanga
dan Caru merupakan ritual pengorbanan
yang dilakukan sehari sebelum Hari Nyepi.
Tingkatan pengorbanan yang berbeda dilakukan
di desa dan propinsi dengan mengorbankan
hewan seperti ayam, bebek, babi atau bahkan
sapi dan kerbau. Berbagai tanaman dan buah
juga ditambahkan sebagai bagian dari
persembahan. Desa Banjar Hindu Bali mulai
membuat ogoh-ogoh sekitar 2 bulan sebelum
Nyepi. Boneka raksasa yang mewakili
kejahatan ini dibuat dari bambu dan kertas,
menggambarkan elemen negative atau
roh jahat. Saat matahari terbenam, antara
jam 5-6 sore, ritual Pengrupukan dimulai
(pawai ogoh ogoh).
Pada saat ini masyarakat Hindu Bali berpawai di jalan mengarak ogoh-ogoh, dengan seru
memainkan musik gabungan dari kulkul (lonceng bali tradisional), klakson, musik gamelan
dan tetabuhan.Gagasan dasarnya ialah untuk menakut-nakuti roh jahat dengan
menimbulkan seramai mungkin suara yang dapat ditimbulkan tetabuhan.
Meskipun ritual ini terjadi di seluruh pulau, tempat terbaik untuk menyaksikannya ialah di Kuta,
Seminyak, Nusa Dua, Sanur dan pantai lainnya yang terkenal. Tiap desa setidaknya
membuat satu Ogoh-Ogoh yang istimewa dan membanggakan pembuatannya. Wilayah
seperti Sanur, Kuta, Denpasar, Ubud biasanya mengadakan kontes bagi Ogoh-Ogoh terbaik.
Di malam hari Ogoh-Ogoh akan dibakar dalam suatu upacara
pada puncak Ngrupuk, dimana mereka dilahap api. Pembakaran ogoh-ogoh menggambarkan
pemusnahan pengaruh jahat dalam kehidupan. Hal ini diikuti oleh tarian, minum dan pesta
yang agak memabukkan, semuanya bertujuan mengusir roh jahat menjauh dari pulau Bali.
Tidak semua ogoh-ogoh dibakar belakangan ini, jadi silakan tanyakan kepada penduduk
apakah desanya masih mengikuti kebiasaan ini atau tidak.
Yang ketiga ialah Ritual Nyepi. Hari Nyepi!
Hari ini merupakan ditujukan sepenuhnya untuk refleksi diri segala sesuatu yang dapat
mengganggu tujuan itu dilarang total. Dunia dalam dan dunia luar diharapkan bersih dan
semua dimulai dari awal, dengan manusia menunjukkan pengendalian diri dan “kekuatan”
alam secara simbolis, yang diwajibkan dalam pengendalian kepercayaan. Nyepi diharapkan
sebagai keheningan total , berdasarkan empat aturan Catur Brata: Amati Geni tidak ada
cahaya atau api, termasuk listrik. Larangan untuk memuaskan hasrat manusiawi.
Amati Karya tidak ada bentuk pekerjaan fisik selain yang ditujukan untuk kegiatan
pembersihan jiwa dan penyuciannya. Amati Lelungan tidak bergerak atau bepergian.
Amati Lelanguan berpuasa dan tidak menghibur diri atau kesenangan umum.
Yang keempat ialah ritual Yoga/Brata dimulai dari jam 6 pagi di hari Nyepi dan berlangsung
hingga jam 6 pagi keesokan harinya. Masyarakat Hindu Bali menghabiskan hari dengan
bermeditasi.
Yang kelima, ialah ritual Ngembak Agni/Labuh Bratah yang dilakukan setelah hari Nyepi
dan resmi menjadi Tahun Baru. Ngembak ialah hari dimana Catur Berata Penyepian usai dan
masyarakat Hindu Bali saling berkunjung dengan keluarga, tetangga dan kerabat untuk saling
memaafkan. Mereka juga menjalankan Dharma Canthi, kegiatan membaca Sloka, Kekidung
dan Kekawi (naskah kuno yang mengandung lagu dan prosa). Pemuda Bali melakukan
perayaan Omed-omedan atau Ritual Mencium untuk merayakan tahun baru.
Yang keenam ialah ritual Dharma Shanti yang dilakukan setelah ritual Nyepi selesai dan
penutup dari perayaan suci selama seminggu penuh dalam penanggalan Hindu Bali.
merayakan Hari Nyepi,
terdapat urutan ritual yang
diselenggarakan di penjuru
pulau.
Dengan demikian, Tahun Baru
Hindu Bali dirayakan selama
6 hari dengan Nyepi—hari
keheningan, menjadi salah satu
aspeknya.
Terdapat beberapa ritual yang
menonjol:
Yang petama ialah Melasti
(Melisa tau Mekiis) yang
ditujukan untuk Sanghyang
Widhi Wasa dan diadakan
3-4 hari sebelumnya untuk
memperoleh air suci dari laut.
Ritual ini dilakukan di Pura
(Pemujaan Hindu Bali) dekat
laut (Pura Segara) dan
dimaknai sebagai penyucian
benda-benda pusaka seperti
Arca, Pratima, dan Pralingga
yang dimiliki beberapa pura.
Ritual yang sama
diselenggarakan di Pantai Balekambang di
pesisir selatan Malang, Jawa Timur, yaitu
ritual Jalani Dhipuja.
Yang kedua ialah ritual Bhuta Yajna ,
yang diselenggarakan sehari sebelum Nyepi,
untuk menyingkirkan elemen negative dan
menciptakan keseimbangan antara Tuhan,
Manusia dan Alam. Ritual ini juga dimaksudkan
untuk kemenangan melawan Batara Kala
melalui persembahan Pecaruan. Tawur Kesanga
dan Caru merupakan ritual pengorbanan
yang dilakukan sehari sebelum Hari Nyepi.
Tingkatan pengorbanan yang berbeda dilakukan
di desa dan propinsi dengan mengorbankan
hewan seperti ayam, bebek, babi atau bahkan
sapi dan kerbau. Berbagai tanaman dan buah
juga ditambahkan sebagai bagian dari
persembahan. Desa Banjar Hindu Bali mulai
membuat ogoh-ogoh sekitar 2 bulan sebelum
Nyepi. Boneka raksasa yang mewakili
kejahatan ini dibuat dari bambu dan kertas,
menggambarkan elemen negative atau
roh jahat. Saat matahari terbenam, antara
jam 5-6 sore, ritual Pengrupukan dimulai
(pawai ogoh ogoh).
Pada saat ini masyarakat Hindu Bali berpawai di jalan mengarak ogoh-ogoh, dengan seru
memainkan musik gabungan dari kulkul (lonceng bali tradisional), klakson, musik gamelan
dan tetabuhan.Gagasan dasarnya ialah untuk menakut-nakuti roh jahat dengan
menimbulkan seramai mungkin suara yang dapat ditimbulkan tetabuhan.
Meskipun ritual ini terjadi di seluruh pulau, tempat terbaik untuk menyaksikannya ialah di Kuta,
Seminyak, Nusa Dua, Sanur dan pantai lainnya yang terkenal. Tiap desa setidaknya
membuat satu Ogoh-Ogoh yang istimewa dan membanggakan pembuatannya. Wilayah
seperti Sanur, Kuta, Denpasar, Ubud biasanya mengadakan kontes bagi Ogoh-Ogoh terbaik.
Di malam hari Ogoh-Ogoh akan dibakar dalam suatu upacara
pada puncak Ngrupuk, dimana mereka dilahap api. Pembakaran ogoh-ogoh menggambarkan
pemusnahan pengaruh jahat dalam kehidupan. Hal ini diikuti oleh tarian, minum dan pesta
yang agak memabukkan, semuanya bertujuan mengusir roh jahat menjauh dari pulau Bali.
Tidak semua ogoh-ogoh dibakar belakangan ini, jadi silakan tanyakan kepada penduduk
apakah desanya masih mengikuti kebiasaan ini atau tidak.
Yang ketiga ialah Ritual Nyepi. Hari Nyepi!
Hari ini merupakan ditujukan sepenuhnya untuk refleksi diri segala sesuatu yang dapat
mengganggu tujuan itu dilarang total. Dunia dalam dan dunia luar diharapkan bersih dan
semua dimulai dari awal, dengan manusia menunjukkan pengendalian diri dan “kekuatan”
alam secara simbolis, yang diwajibkan dalam pengendalian kepercayaan. Nyepi diharapkan
sebagai keheningan total , berdasarkan empat aturan Catur Brata: Amati Geni tidak ada
cahaya atau api, termasuk listrik. Larangan untuk memuaskan hasrat manusiawi.
Amati Karya tidak ada bentuk pekerjaan fisik selain yang ditujukan untuk kegiatan
pembersihan jiwa dan penyuciannya. Amati Lelungan tidak bergerak atau bepergian.
Amati Lelanguan berpuasa dan tidak menghibur diri atau kesenangan umum.
Yang keempat ialah ritual Yoga/Brata dimulai dari jam 6 pagi di hari Nyepi dan berlangsung
hingga jam 6 pagi keesokan harinya. Masyarakat Hindu Bali menghabiskan hari dengan
bermeditasi.
Yang kelima, ialah ritual Ngembak Agni/Labuh Bratah yang dilakukan setelah hari Nyepi
dan resmi menjadi Tahun Baru. Ngembak ialah hari dimana Catur Berata Penyepian usai dan
masyarakat Hindu Bali saling berkunjung dengan keluarga, tetangga dan kerabat untuk saling
memaafkan. Mereka juga menjalankan Dharma Canthi, kegiatan membaca Sloka, Kekidung
dan Kekawi (naskah kuno yang mengandung lagu dan prosa). Pemuda Bali melakukan
perayaan Omed-omedan atau Ritual Mencium untuk merayakan tahun baru.
Yang keenam ialah ritual Dharma Shanti yang dilakukan setelah ritual Nyepi selesai dan
penutup dari perayaan suci selama seminggu penuh dalam penanggalan Hindu Bali.
Sumber Foto dan Artikel: bali.com